Copyright © Your Potential, Our Passion
Design by Dzignine
Jumat, 11 Mei 2012

Kenny, Its About Love Part 2


[Kenny Side Story]

Hai, aku Kenny dan aku sekelas dengan Farhan, cowok yang udah lama aku sukai, cuma aku berusaha jutek aja. Disisi lain dia itu cowok yang periang, humoris dan romantis. jarang sih cowok yang kaya gitu, tapi itulah dia dan dia apa adanya.

Selama ini aku dah tahu perasaan Farhan ke aku, Cuma aku ga mau ke GR-an maka dari itu aku harus bisa jaga perasaan aku. Sudah lama aku memendam perasaan aku ke Farhan, mungkin sekitar awal semester 2 kelas 2. Tapi apa mau dikata kalo aku Cuma diem aja dia gak akan bertindak. Atau mungkin kita saling nunggu untuk di tembak? Kenapa rumit sekali sih. Dia itu, cowok yang paling baik yang pernah aku kenal, kadang aku pernah suatu saat tak bisa pulang ke rumah karena aku sudah tak punya ongkos pulang, sehingga saat itu aku harus memutuskan untuk berjalan kaki ke rumah. Tapi belum ada beberapa langkah menuju rumah, handphone ku bergetar, aku membukanya dan ternyata Farhan mengerti betul kondisiku, ia ingin menjemputku karena ia cemas padaku. Entah kenapa sejak saat itu aku mulai merasa nyaman dengan Farhan, dan mungkin sudah terhitung 3 bulan aku selalu berboncengan dengan Farhan. Kadang ia rela menungguku pulang dari tempat les ku yang berada di kota sebelah, sehingga ia menunggu di stasiun. Sungguh kejutan yang tak pernah aku duga sebelumnya.
Aku melihat ia tertidur di stasiun dengan membawa tas merah. Aku menghampirinya dan aku pegang tangannya yang dingin. Saat aku ingin membangunkannya, ia tersentak kaget dan ia berkata..

“Ken? Dah pulang ya? Hehehe..”
“Han kamu ngapain disini? Kamu mau kemana?’ (sambil ia mempersilahkan aku duduk)
“Kemana? Oh enggak kemana-mana aku cuma nunggu kamu kok”
“nungguin aku? Kenapa? Tapi ini kan dah malem han..”
“Hahaha.. iya gak apa-apa kok, oh iya ini aku bawa makanan untuk kamu” (ia membuka tas merahnya itu dan mengeluarkan semacam toples)
“Lho, ini kan nasi daging kesukaan aku. Kamu kok tau favorit aku?”
“hmm.. Cuma menebak-nebak aja kok, udah yuk dimakan.”
“ iya aku makan ya, tapi kamu ikut makan juga ya”
“ oh, iya, aku makan ya.”
(Kami memakannya dengan lahap karena malam itu memang dingin dan kamu pun sangat lapar hingga..)
“Dek, Stasiun ini akan tutup, lagipula tak akan ada kereta yang akan lewat” petugas kereta api menegur kami.
“ baik kami akan pulang pak” Farhan membalasnya.
“berhati-hatilah ini sudah malam”
“baik.”

Dan sesudah kisah itu kami menjadi sangat dekat dan entah mengapa beberapa bulan terakhir ini dia sangat diam padaku, padahal aku butuh saat ia membutuhkanku. Disaat itulah aku mulai merasakan rindu yang luar biasa, namun aku hanya bisa diam terpaku saja. Dan kini, ia seperti menganggap aku ga ada. kini ia lebih bersama teman-temannya. Ada apa dengan dirinya?

Tak kunjung lama setelah itu aku mungkin berpikir harus melupakannya, namun bagaimana caranya, karena ia ada dikelasku. Secara otomatis aku melihatnya setiap hari. Aku sudah terlanjur sayang sama dirinya. Sehingga suatu saat pelajaran kelas berakhir, dan aku ingin berkata sejujurnya kalau ia kini berubah, aku menunggu kelas ku sepi dan hanya tinggal aku, Farhan dan Fitri. Aku masih duduk dibangku favoritku. Sekitar 5 menit kemudian aku sudah melihat kelas ini sepi dan aku berdiri untuk menghampirinya. Dan ternyata Fitri berhasil memotong niatku. Aku mendengar dengan seksama, dan Fitri ingin pulang dengan Farhan, tapi bukankah itu yang sering kita lakukan dulu? Perasaan yang campur aduk dan antara ingin berkata dan menangis beradu luar biasa. Aku akhirnya cuma bisa menangis, disaat aku masih kepikiran tentang dirinya ini, ia jongkok untuk mengikat tali sepatu yang otomatis ia melihat padaku. Tatapannya itu yang berhasil membuatku tambah sedih. Anehnya tiba-tiba dia ingin menghampiriku, tapi karena terlanjur sakit hati. Aku berlari dan menabrak sedikit pundak kanannya Farhan. Hingga malam menjelang aku selalu kepikiran tentang kejadian tadi siang. Dan akhirnya terlelap di malam terburukku.

***

 Lalu aku mencoba mencari cara untuk kembali lagi dengan Farhan. Namun aku bingung dengan cara apa? Ah, mungkin kalo aku berjalan kaki aku akan bertemu dengan Farhan, maka dari itu aku harus jalan ke sekolah. baiklah persiapan barnag-barang sudah siap, lalu aku melangkah ke dari luar sekolah dan berjalan cukup tenang karena hari itu hari berawan dan sangat sejuk udaranya.
Sudah setengah perjalanan dan aku belum melihat Farhan. Aku yang hampir putus asa, tiba-tiba mendengar suara motor, ya motor itu aku tahu motor siapa. Aku sengaja untuk tidak melihat kebelakang, dan saat suara semakin mendekat ke arahku, lagi-lagi.. ia bersama si Fitri itu! Kesal luar biasa, dan lagi-lagi aku hampir menangis namun aku berhasil menahannya.

***

Tak lama setelah itu, aku sampai dikelas aku melihat Farhan dan Fitri yang sudah sampai duluan, mereka tampak ngobrol dengan senang. Aku hanya tertunduk menuju bangku ku. Selama pelajaran berlangsung aku menjadi tidak stabil dan hanya mendengarkan guru ku menerangkan. Yang biasanya aku aktif kini seperti bukan diriku. Tak jarang aku mengeluarkan air mata saat pelajaran berlangsung, untunglah tak ada yang melihat. Mungkin karena tempat duduk ku di posisi kedua sehingga tak terlalu kelihatan dengan guru maupun teman.
Tak terasa pelajaran hari ini sudah berakhir dan aku segera keluar dari kelas itu, tapi tunggu, aku sepertinya meninggalkan ponselku di loker. Saat aku ingin kembali ke kelas, aku mendengar Fitri berbicara lagi ke Farhan kalau ia ingin pulang bersamanya. Aku saat itu sedang dibalik pintu, dan dialog antara mereka terdengar begitu jelas. Karena hanya tinggal kita bertiga. Aku berkata “ini sudah cukup!!” aku yang bergitu meronta-ronta dalam hatiku, sudah sakit hati dan lelah sudah bila begini terus. Lalu Farhan keluar dari kelas dan aku ingin berkata kalau ini sudah berlebihan! Ia berusaha melewatiku tapi ku hadang ia. Tak terbendung lagi rasa sakit yang luar biasa akhirnya terlampiaskan lewat air mata ini. Seakan-akan air mata ku ini berhasil membawanya ke masa lalu kita. Ia terlihat diam sesaat dan memegang pundak ku. Ia membawaku ke kelas, dan aku di dudukkan dengan perlahan olehnya. ia memang tak berkata apa-apa namun saat aku melihat wajahnya, ia pun seperti menagis juga, matanya yang berkaca-kaca seperti berkata maafkan aku. Disaat itu juga ia memegang tanganku. Lega sekali rasanya, rasa sayang ku ini sepertinya berhasil menyatukan kita kembali. Dan disaat itulah aku membuat komitmen untuk tidak membonceng wanita lain selain aku. Aku cemburu karena aku sayang, sangat sayang. Begitu juga sebaliknya, ia nampaknya sadar kesalahannya dan ia berjanji untuk menjadi yang terbaik untuk hidupku. Rasa ini, tentang kita berdua, jalinlah hingga waktu memisahkan kita Farhan. Aku yakin itu.  




By : Fahmi Faisal.
First Part : Click Here

2 komentar:

Ayo biasakan tinggalkan komentar yaaa..