[Kenny Side Story]
Hai, aku Kenny dan aku sekelas dengan
Farhan, cowok yang udah lama aku sukai, cuma aku berusaha jutek aja. Disisi
lain dia itu cowok yang periang, humoris dan romantis. jarang sih cowok yang
kaya gitu, tapi itulah dia dan dia apa adanya.
Selama
ini aku dah tahu perasaan Farhan ke aku, Cuma aku ga mau ke GR-an maka dari itu
aku harus bisa jaga perasaan aku. Sudah lama aku memendam perasaan aku ke
Farhan, mungkin sekitar awal semester 2 kelas 2. Tapi apa mau dikata kalo aku Cuma
diem aja dia gak akan bertindak. Atau mungkin kita saling nunggu untuk di
tembak? Kenapa rumit sekali sih. Dia itu, cowok yang paling baik yang pernah
aku kenal, kadang aku pernah suatu saat tak bisa pulang ke rumah karena aku
sudah tak punya ongkos pulang, sehingga saat itu aku harus memutuskan untuk
berjalan kaki ke rumah. Tapi belum ada beberapa langkah menuju rumah, handphone
ku bergetar, aku membukanya dan ternyata Farhan mengerti betul kondisiku, ia
ingin menjemputku karena ia cemas padaku. Entah kenapa sejak saat itu aku mulai
merasa nyaman dengan Farhan, dan mungkin sudah terhitung 3 bulan aku selalu
berboncengan dengan Farhan. Kadang ia rela menungguku pulang dari tempat les ku
yang berada di kota sebelah, sehingga ia menunggu di stasiun. Sungguh kejutan
yang tak pernah aku duga sebelumnya.
Aku
melihat ia tertidur di stasiun dengan membawa tas merah. Aku menghampirinya dan
aku pegang tangannya yang dingin. Saat aku ingin membangunkannya, ia tersentak
kaget dan ia berkata..
“Ken?
Dah pulang ya? Hehehe..”
“Han
kamu ngapain disini? Kamu mau kemana?’ (sambil ia mempersilahkan aku duduk)
“Kemana?
Oh enggak kemana-mana aku cuma nunggu kamu kok”
“nungguin
aku? Kenapa? Tapi ini kan dah malem han..”
“Hahaha..
iya gak apa-apa kok, oh iya ini aku bawa makanan untuk kamu” (ia membuka tas
merahnya itu dan mengeluarkan semacam toples)
“Lho,
ini kan nasi daging kesukaan aku. Kamu kok tau favorit aku?”
“hmm..
Cuma menebak-nebak aja kok, udah yuk dimakan.”
“
iya aku makan ya, tapi kamu ikut makan juga ya”
“
oh, iya, aku makan ya.”
(Kami
memakannya dengan lahap karena malam itu memang dingin dan kamu pun sangat
lapar hingga..)
“Dek,
Stasiun ini akan tutup, lagipula tak akan ada kereta yang akan lewat” petugas
kereta api menegur kami.
“
baik kami akan pulang pak” Farhan membalasnya.
“berhati-hatilah
ini sudah malam”
“baik.”
Dan
sesudah kisah itu kami menjadi sangat dekat dan entah mengapa beberapa bulan
terakhir ini dia sangat diam padaku, padahal aku butuh saat ia membutuhkanku. Disaat
itulah aku mulai merasakan rindu yang luar biasa, namun aku hanya bisa diam terpaku
saja. Dan kini, ia seperti menganggap aku ga ada. kini ia lebih bersama
teman-temannya. Ada apa dengan dirinya?
Tak
kunjung lama setelah itu aku mungkin berpikir harus melupakannya, namun
bagaimana caranya, karena ia ada dikelasku. Secara otomatis aku melihatnya
setiap hari. Aku sudah terlanjur sayang sama dirinya. Sehingga suatu saat
pelajaran kelas berakhir, dan aku ingin berkata sejujurnya kalau ia kini
berubah, aku menunggu kelas ku sepi dan hanya tinggal aku, Farhan dan Fitri. Aku
masih duduk dibangku favoritku. Sekitar 5 menit kemudian aku sudah melihat
kelas ini sepi dan aku berdiri untuk menghampirinya. Dan ternyata Fitri
berhasil memotong niatku. Aku mendengar dengan seksama, dan Fitri ingin pulang
dengan Farhan, tapi bukankah itu yang sering kita lakukan dulu? Perasaan yang
campur aduk dan antara ingin berkata dan menangis beradu luar biasa. Aku akhirnya
cuma bisa menangis, disaat aku masih kepikiran tentang dirinya ini, ia jongkok
untuk mengikat tali sepatu yang otomatis ia melihat padaku. Tatapannya itu yang
berhasil membuatku tambah sedih. Anehnya tiba-tiba dia ingin menghampiriku,
tapi karena terlanjur sakit hati. Aku berlari dan menabrak sedikit pundak kanannya
Farhan. Hingga malam menjelang aku selalu kepikiran tentang kejadian tadi
siang. Dan akhirnya terlelap di malam terburukku.
***
Lalu aku mencoba mencari cara untuk kembali
lagi dengan Farhan. Namun aku bingung dengan cara apa? Ah, mungkin kalo aku
berjalan kaki aku akan bertemu dengan Farhan, maka dari itu aku harus jalan ke
sekolah. baiklah persiapan barnag-barang sudah siap, lalu aku melangkah ke dari
luar sekolah dan berjalan cukup tenang karena hari itu hari berawan dan sangat
sejuk udaranya.
Sudah
setengah perjalanan dan aku belum melihat Farhan. Aku yang hampir putus asa,
tiba-tiba mendengar suara motor, ya motor itu aku tahu motor siapa. Aku sengaja
untuk tidak melihat kebelakang, dan saat suara semakin mendekat ke arahku,
lagi-lagi.. ia bersama si Fitri itu! Kesal luar biasa, dan lagi-lagi aku hampir
menangis namun aku berhasil menahannya.
***
Tak
lama setelah itu, aku sampai dikelas aku melihat Farhan dan Fitri yang sudah
sampai duluan, mereka tampak ngobrol dengan senang. Aku hanya tertunduk menuju
bangku ku. Selama pelajaran berlangsung aku menjadi tidak stabil dan hanya
mendengarkan guru ku menerangkan. Yang biasanya aku aktif kini seperti bukan
diriku. Tak jarang aku mengeluarkan air mata saat pelajaran berlangsung, untunglah
tak ada yang melihat. Mungkin karena tempat duduk ku di posisi kedua sehingga
tak terlalu kelihatan dengan guru maupun teman.
Tak
terasa pelajaran hari ini sudah berakhir dan aku segera keluar dari kelas itu,
tapi tunggu, aku sepertinya meninggalkan ponselku di loker. Saat aku ingin
kembali ke kelas, aku mendengar Fitri berbicara lagi ke Farhan kalau ia ingin
pulang bersamanya. Aku saat itu sedang dibalik pintu, dan dialog antara mereka
terdengar begitu jelas. Karena hanya tinggal kita bertiga. Aku berkata “ini
sudah cukup!!” aku yang bergitu meronta-ronta dalam hatiku, sudah sakit hati
dan lelah sudah bila begini terus. Lalu Farhan keluar dari kelas dan aku ingin
berkata kalau ini sudah berlebihan! Ia berusaha melewatiku tapi ku hadang ia. Tak
terbendung lagi rasa sakit yang luar biasa akhirnya terlampiaskan lewat air
mata ini. Seakan-akan air mata ku ini berhasil membawanya ke masa lalu kita. Ia
terlihat diam sesaat dan memegang pundak ku. Ia membawaku ke kelas, dan aku di
dudukkan dengan perlahan olehnya. ia memang tak berkata apa-apa namun saat aku
melihat wajahnya, ia pun seperti menagis juga, matanya yang berkaca-kaca
seperti berkata maafkan aku. Disaat itu juga ia memegang tanganku. Lega sekali
rasanya, rasa sayang ku ini sepertinya berhasil menyatukan kita kembali. Dan disaat
itulah aku membuat komitmen untuk tidak membonceng wanita lain selain aku. Aku cemburu
karena aku sayang, sangat sayang. Begitu juga sebaliknya, ia nampaknya sadar
kesalahannya dan ia berjanji untuk menjadi yang terbaik untuk hidupku. Rasa
ini, tentang kita berdua, jalinlah hingga waktu memisahkan kita Farhan. Aku
yakin itu.
By : Fahmi Faisal.
First Part :
Click Here